Mengapa Indonesia yang mayoritas Muslim memindahkan ibu kotanya ke Nusantara, kaya akan warisan Hindu
Parlemen Indonesia pekan lalu menyetujui proposal untuk memindahkan ibu kota negara dari Jakarta ke Nusantara. | Kredit foto: Twitter
Sorotan Utama
- Ketika agama Hindu tiba di Indonesia, ia dianut oleh penguasa pribumi yang melihatnya sebagai alat yang ampuh untuk memperkuat status mereka sebagai otoritas yang sah. Keyakinan animisme yang sudah ada sebelumnya dicampur dengan Hinduisme untuk membentuk agama hibrida yang berbeda secara signifikan dari jenis agama Hindu yang dipraktikkan di India
- Agama Hindu berkembang pesat di Kalimantan, Sumatera dan Jawa antara abad ke-5 dan ke-13 hingga kerajaan besar terakhir, Majapahit (1293-1527).
- Legenda mengatakan bahwa Gajah Mada, perdana menteri Kerajaan Majapahit pada abad ke-14, bersumpah untuk tidak makan makanan dengan rempah-rempah sampai ia menaklukkan seluruh Nusantara.
Rencana negara Asia Tenggara Indonesia untuk memindahkan ibu kotanya keluar dari Jakarta yang sangat tercemar dan tenggelam mengambil langkah paling signifikan minggu lalu ketika parlemen negara itu meloloskan undang-undang untuk memindahkan ibu kota ke sebidang tanah seluas 256.000 hektar yang ditunjuk di Kalimantan Timur.
Presiden Indonesia Joko Widodo mengkonfirmasi hal ini di Twitter, menambahkan bahwa ibu kota baru akan disebut Nusantara, yang berarti “kepulauan” dalam bahasa Jawa.
Nama itu dilaporkan dipilih dari daftar 80 lainnya karena karakternya yang mudah dikenali. Tapi ada lebih banyak lagi di balik keputusan itu. Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Suharso Monoarfa mengatakan kepada parlemen bahwa presiden berusaha untuk menyoroti keragaman Indonesia melalui ibu kota baru. “Jadi Nusantara adalah konsep satu ukuran untuk semua yang merangkul semua keragaman kita, baik itu ras, bahasa atau etnis, dan ibu kota Indonesia yang baru akan mengungkap realitas itu dengan nama itu,” katanya.
Anehnya, meskipun Nusantara secara harfiah berarti “kepulauan” dalam bahasa Jawa, ia juga memiliki akar dalam sejarah Indonesia dengan agama Hindu. Menurut data sensus 2010, sekitar 87 persen orang Indonesia mengidentifikasi diri mereka sebagai Muslim, diikuti oleh 9,87 persen sebagai Kristen. Hindu adalah agama paling populer ketiga di negara ini, terhitung hanya 1,7 persen dari hampir 250 juta penduduk Indonesia.
Namun, negara dan Bali khususnya memiliki sejarah panjang dengan agama Hindu. Sebelum agama Hindu dan Budha mencapai pantai Indonesia, kepercayaan penduduk asli didasarkan pada kepercayaan animisme. Namun setelah pembentukan jaringan perdagangan dari Cina ke India pada abad ke-1, agama Hindu mencapai nusantara bagian barat.
Agama dianut oleh penguasa pribumi, yang melihatnya sebagai sarana yang kuat untuk memperkuat status mereka sebagai otoritas yang sah. Keyakinan animisme yang sudah ada sebelumnya dicampur dengan Hinduisme untuk membentuk agama hibrida yang berbeda secara signifikan dari jenis agama Hindu yang dipraktikkan di India.
Agama Hindu berkembang pesat di Kalimantan, Sumatera dan Jawa antara abad ke-5 dan ke-13 hingga kerajaan besar terakhir, Majapahit (1293-1527). Legenda mengatakan bahwa Gajah Mada, perdana menteri Kerajaan Majapahit pada abad ke-14, bersumpah untuk tidak makan makanan dengan rempah-rempah sampai ia menaklukkan seluruh Nusantara.
Mengingat jangkauan kerajaan Majapahit, ia mungkin ingin memasukkan Singapura, Malaysia, Brunei, Thailand selatan, dan Timor-Leste saat ini. Mada pada akhirnya akan berhasil menyatukan seluruh nusantara atau Nusantara dan mengukuhkan statusnya yang terhormat dalam sejarah Indonesia. Kerajaan Majapahit, kerajaan Hindu terakhir, tetap berkuasa hingga awal abad ke-16 ketika akhirnya jatuh ke tangan para penakluk Islam.
Ibukota baru Indonesia akan dibangun di Kalimantan, negara kepulauan dengan sekitar 17.000 pulau. “Lokasinya sangat strategis, berada di pusat Indonesia dan dekat dengan perkotaan,” kata Presiden Jokowi.
Dikenal dengan keanekaragaman ekologi, hutan, dan populasi orangutannya, Kalimantan Timur terletak sekitar 2.300 km dari Jakarta di ujung timur pulau Kalimantan. Ibukotanya akan didirikan di wilayah Penajam Paser Utara dan Kutai Kartanegara.
About The Author
“Penjelajah. Pembaca. Praktisi perjalanan ekstrem. Gila sosial total.”