737 kecelakaan di Indonesia mengalami ketidakseimbangan mesin
Pesawat Sriwijaya Air yang jatuh bulan lalu mengalami ketidakseimbangan mesin yang akhirnya menggelindingkan pesawat dengan tajam dan kemudian terjun ke laut untuk selamanya. Menurut laporan awal para peneliti pada hari Rabu.
Ketika Boeing 737-500 yang berusia 26 tahun mencapai 2.484 m (8.150 kaki) setelah lepas landas, tuas throttle kiri mesin dipindahkan ke belakang sementara tuas kanan tetap di posisi semula, Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) melaporkan laporannya.
“Kami tidak tahu apakah autothrottle rusak atau tidak, tapi anomali karena yang kiri sudah bergerak jauh ke belakang, yang kanan tidak seperti macet,” kata peneliti KNKT Nurcayho Utomo kepada wartawan tentang throttle tersebut.
Pada sekitar 10.900 kaki, autopilot dilepaskan dan pesawat berguling lebih dari 45 derajat ke kiri dan mulai menukik. Dua masalah sebelumnya dengan sistem autothrottle dilaporkan berdasarkan catatan pemeliharaan, tetapi masalah tersebut telah diperbaiki pada 5 Januari, empat hari sebelum kecelakaan, kata KNKT. Autothrottle yang berfungsi tidak diperlukan untuk pesawat terbang karena pilot dapat mengoperasikan throttle secara manual.
About The Author
“Penjelajah. Pembaca. Praktisi perjalanan ekstrem. Gila sosial total.”