Indonesia dapat mencabut aturan karantina bagi pengunjung sebelum April
DENPASAR (Bali) – Indonesia sedang mempertimbangkan untuk mengizinkan perjalanan tanpa karantina lebih awal dari yang diperkirakan karena kasus Covid-19 cenderung menurun di seluruh kepulauan yang luas itu.
Pemerintah sebelumnya telah mengindikasikan bahwa negara itu akan membuka pintunya untuk karantina gratis pada 1 April.
“Sangat mungkin jika kondisi baik saat ini membaik,” kata Menteri Senior Luhut Panjitan merujuk pada langkah memperkenalkan perjalanan tanpa karantina.
“Sebelumnya (hari ini), kami membahas seperti apa skenarionya sebelum kami melaporkan kembali ke presiden pada rapat kabinet,” kata Lohut, yang bertugas mengoordinasikan upaya untuk mengekang penyebaran virus di pulau berpenduduk terpadat itu. Jawa. Pulau wisata utama Bali.
“Kalau semua berjalan lancar, kami harapkan bisa dilakukan pada minggu kedua atau ketiga Maret,” imbuhnya menanggapi pertanyaan dari Straits Times saat konferensi pers di Bali, Jumat (25 Februari).
Maskapai nasional negara itu – Garuda Indonesia – dan Singapore Airlines telah memulai kembali penerbangan ke Bali.
Garuda telah melakukan perjalanan ke dan dari Tokyo sejak 3 Februari, dan SIA telah melakukannya dari dan ke Singapura sejak 16 Februari.
Sejak 3 Februari, Bali telah menerima 1.300 penumpang domestik – 700 di antaranya adalah orang asing dan sisanya adalah orang Indonesia yang kembali.
Saat ini, para pelancong diharuskan menghabiskan lima hari karantina, tetapi itu akan dikurangi menjadi 3 hari mulai 1 Maret.
Maskapai lain seperti KLM Royal Dutch, Scoot Tigerair dan Jetstar Airways dapat melanjutkan penerbangan ke pulau resor, menurut pemerintah Indonesia.
Secara terpisah, Menteri Kesehatan Budi Sadkin mengatakan, pada hari Jumat, bahwa Indonesia memperkirakan kasus virus Covid-19 segera berkurang karena jumlah kasus harian di enam provinsi besar telah melewati puncaknya.
Keenam provinsi tersebut adalah Jakarta, Bali, Banten, Nusa Tenggara Barat, Maluku, dan Papua.
“Jawa Barat dan Jawa Timur mendekati puncaknya, dan jika kasus di kedua provinsi ini melewati puncaknya dan kemudian menurun, jumlah kasus harian nasional di Indonesia akan berkurang,” kata Budi.
Jawa Barat dan Jawa Timur dengan jumlah penduduk 90 juta jiwa merupakan provinsi terpadat di Indonesia.