Indonesia ingin promosikan wisata heritage
Ferdy Piay, kuasa usaha Indonesia untuk India, telah menunjukkan minat yang besar untuk bekerja sama dengan negara lain untuk mempromosikan pariwisata warisan. Dia juga menyatakan bahwa sangat penting bagi negara-negara untuk bersatu dan bersatu untuk berbagi pengetahuan, pengalaman dan praktik untuk mempromosikan warisan budaya.
India, tentu saja, telah berkolaborasi dengan Indonesia dalam proyek-proyek semacam itu sebelumnya dan tetap berada di urutan teratas untuk kolaborasi semacam itu di masa depan. Sebelumnya, Indonesia dan Archaeological Survey of India (ASI) bersama-sama mempromosikan candi-candi Indonesia, bersama dengan Taj Mahal. Mr Piay juga menyatakan bahwa negara tersebut ingin bergandengan tangan dengan India di bidang tersebut. Dia juga menyebutkan bagaimana Bali dan atraksi lainnya seperti Candi Borobudur dan kompleks candi Prambanan telah diuntungkan oleh inisiatif tersebut oleh pemerintah Indonesia.
Pada kesempatan yang sama, ia juga mengungkapkan bahwa, “Tetapi tentu saja, upaya tidak berhenti di situ. Manfaat pengembangan situs, struktur, dan bangunan cagar budaya di daerah telah diakui tidak hanya oleh pemerintah pusat, tetapi juga oleh pemerintah daerah. Namun, mempromosikan warisan budaya sebagai objek pariwisata tentu saja pada saat yang sama harus diimbangi dengan kerangka hukum yang ditujukan untuk melindungi situs. Warisan budaya tidak boleh disalahgunakan sedemikian rupa sehingga akan merusak dirinya sendiri. Sama pentingnya, sebagai pariwisata menjadi daya ungkit yang kuat bagi perekonomian, oleh karena itu pembangunannya harus berkelanjutan.”
Dia juga mengutip tarian Kecak Bali yang terkenal, yang telah menjadi daya tarik besar bagi wisatawan sekarang; di sisi lain, Mr Piay menyatakan bahwa negara-negara mungkin memiliki model mereka sendiri yang berbeda untuk wisata warisan tetapi fokusnya tetap sama untuk mempromosikan serta melestarikan warisan yang kaya tersebut.
if ( window.TimesGDPR && TimesGDPR.common.consentModule.gdprCallback) { TimesGDPR.common.consentModule.gdprCallback(function(data){ if(!data.isEUuser){
!function(f,b,e,v,n,t,s){if(f.fbq)return;n=f.fbq=function(){n.callMethod? n.callMethod.apply(n,arguments):n.queue.push(arguments)};if(!f._fbq)f._fbq=n; n.push=n;n.loaded=!0;n.version='2.0';n.queue=[];t=b.createElement(e);t.async=!0; t.src=v;s=b.getElementsByTagName(e)[0];s.parentNode.insertBefore(t,s)}(window, document,'script','//connect.facebook.net/en_US/fbevents.js');
fbq('init', '1047366448616807'); fbq('track', "PageView");
} }) }
About The Author
“Penjelajah. Pembaca. Praktisi perjalanan ekstrem. Gila sosial total.”