INDONESIA Umat Katolik Indonesia menyambut baik kata-kata Paus tentang panggilan
[*]
Pada Hari Doa Hidup Bakti Sedunia, Paus menyebut Indonesia sebagai contoh untuk menemukan panggilan baru. Duta Besar Indonesia untuk Takhta Suci mencatat bahwa pernyataan Paus adalah pengakuan dan tantangan. Bagi imam Indonesia, “giliran kita untuk mengemban misi”.
Jakarta (AsiaNews) – Paus Fransiskus kemarin memimpin Misa pada pesta Persembahan Tuhan yang juga menandai Hari Doa Sedunia untuk Hidup Bakti.
Dalam homilinya, Paus mengatakan untuk melihat ke Indonesia untuk menghentikan arus kelembaman dan mengatasi ketakutan akan perubahan yang dapat melumpuhkan kehidupan, termasuk di dalam Gereja.
Di Indonesia, mayoritas Muslim terbesar di dunia, kata-kata Paus memicu antusiasme di kalangan umat Katolik, memberikan kejutan yang menyenangkan bagi masyarakat Indonesia.
“Bapa, tidak ada panggilan, sekarang kami akan pergi ke beberapa pulau di Indonesia untuk melihat apakah kami dapat menemukannya,” kata Paus dalam homilinya dalam Misa Hari Bakti Sedunia ke-26.
Sambutannya di Basilika Santo Petrus menggemakan kegembiraan dan kebanggaan di kalangan umat Kristiani di negara Asia Tenggara itu. Kenyataannya, apa yang dikatakan Fransiskus adalah sebagai tandingan dari jenis penalaran ini untuk melampaui krisis panggilan.
“Kita tidak bisa berpura-pura tidak melihat tanda-tanda ini dan terus berjalan seperti biasa, melakukan hal-hal lama yang sama, hanyut kembali melalui inersia ke bentuk-bentuk masa lalu, dilumpuhkan oleh ketakutan akan perubahan,” kata Fransiskus.
berbicara kepada Berita Asia, Duta Besar Indonesia untuk Takhta Suci Amrih Jinangkung senang mendengar kata-kata Paus yang mengejutkan, mencatat bahwa kata-kata itu muncul dalam versi homili yang diubah oleh Kantor Pers Vatikan. Teks aslinya mengatakan “ujung bumi” bukan Indonesia.
“Pengakuan publik ini sangat berarti bagi kami,” jelas Dubes Jinangkung, baik karena itu sebagai tanda pengakuan bagi negaranya maupun sebagai tantangan untuk “mengisi kekosongan yang dihadapi sebagian besar negara Barat karena penurunan panggilan keagamaan.”
Untuk Pater Paulus “Polce” Halek Bere, anggota Ikatan Pendeta Indonesia di Roma (IRRIKA[*]), kata-kata Paus mencerminkan cara di mana umat Katolik di Eropa ingin “merevitalisasi semangat” dan menemukan solusi atas kenyataan bahwa kehidupan beragama “semakin kurang menarik bagi kaum muda” di benua itu dan, lebih umum, di Barat.
Ini adalah titik awal untuk merenungkan para imam, suster, religius yang selama beberapa dekade meninggalkan negaranya sendiri untuk menanam benih iman di Indonesia. Sekarang, dalam pandangannya, “giliran kita untuk menjalankan misi” di negara-negara itu.
Di seluruh Indonesia, seminar menyambut ratusan orang muda yang ingin memupuk panggilan mereka menjadi imam dan hidup bakti, dari Sumatera Utara dan Yogyakarta hingga Jawa Tengah, Jakarta dan Papua.
Baru kemarin, Uskup Agung Makassar (Sulawesi Selatan) Mgr John Liku Ada menahbiskan tujuh imam baru di Tanah Toraja, tempat di mana banyak panggilan berkembang dalam beberapa tahun terakhir.
[*] Ikatan Rohaniwan-Rohaniwati Indonesia di Kota Abadi
About The Author
“Penjelajah. Pembaca. Praktisi perjalanan ekstrem. Gila sosial total.”