Kenya akan mengekspor 700.000 sapi ke Indonesia mulai Agustus
Menteri Perdagangan Kabinet, Musa Correa, telah menandatangani perjanjian dengan pemerintah Indonesia yang akan membuat Kenya mengekspor 700.000 ekor sapi per tahun.
Pengumuman datang tentang Korea, yang berada di negara itu dalam tur resmi, setelah bertemu dengan Ir Nasrallah, Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan di Indonesia.
Dia mengatakan pengiriman akan dimulai pada Agustus tahun ini.
“Kami sepakat untuk mempercepat protokol persetujuan yang akan memungkinkan pengiriman pertama sebanyak 20.000 flok dikirim pada Agustus 2023,” katanya.
Correa juga melakukan pembicaraan dengan Menteri Kelautan dan Investasi Luhut Binsar.
Dia menyatakan bahwa pembicaraan itu mempromosikan hubungan kerja sama bilateral, termasuk pertumbuhan ekspor, kemajuan industrialisasi, kemitraan jangka panjang, dan pembangunan komprehensif.
“Senang bagi saya menemukan pertemuan dengan Binsar dengan siapa kami membahas hal-hal penting ini. Kami menekankan pentingnya memperdalam hubungan perdagangan dan investasi kami untuk mencapai keuntungan bersama.
Dia mengatakan bahwa Kenya menyadari potensi pertumbuhan ekspor yang signifikan di berbagai sektor dan telah setuju untuk mencari cara untuk meningkatkan kemampuan ekspor kami.
Dia mengatakan bahwa upaya kerja sama akan dilakukan untuk memfasilitasi pertukaran perdagangan dan meningkatkan nilai tambah bahan baku, serta berkontribusi pada pembangunan ekonomi berkelanjutan kedua negara kita.
CS mengungkapkan Presiden RI Joko Widodo dijadwalkan berkunjung ke Kenya tahun ini sebagai bagian dari upaya meningkatkan hubungan bilateral.
“Kunjungan ini diharapkan dapat membuka cakrawala baru bagi kerja sama lintas sektor dan meningkatkan peluang perdagangan dan investasi kedua negara,” ujarnya.
Hubungan diplomatik bilateral antara kedua negara dimulai pada tahun 1979.
Menteri luar negeri Indonesia dan Kenya menandatangani Nota Kesepahaman pada tanggal 19 Juni 2008 di Nairobi untuk membentuk komisi gabungan Indonesia-Kenya.
Komite berfungsi sebagai forum untuk memperluas dan meningkatkan kerja sama sektor, serta untuk memecahkan masalah bilateral.
Dalam pertemuan pertamanya di Jakarta pada Desember 2008, panitia sepakat untuk memperluas kerjasama di beberapa sektor, seperti ekonomi, perdagangan, sosial budaya, dan kerjasama teknik.
Kedua menteri juga mengidentifikasi minyak nabati, pertambangan, energi terbarukan, ekonomi biru, farmasi, mobilitas listrik, tekstil dan pakaian jadi, kopi, teh, kacang-kacangan dan bunga sebagai sektor penting yang akan membantu mendorong keterlibatan bisnis.
About The Author
“Penggemar musik yang ramah hipster. Analis. Praktisi bir. Perintis twitter yang sangat menawan. Communicator.”