Ledakan social commerce Indonesia datang dengan kerugian tak terduga – pusat perbelanjaan berjuang

Ledakan social commerce Indonesia datang dengan kerugian tak terduga – pusat perbelanjaan berjuang

Pemilik toko Hariyanti mengatakan dia dan rekan-rekannya melakukan siaran langsung selama dua jam setiap hari antara pukul 12 siang dan 2 siang, menampilkan item per item menggunakan tiga smartphone untuk menarik audiens dari tiga platform berbeda: TikTok Shop, Shopee, dan Instagram.

Sejauh ini, katanya, toko tersebut menghasilkan lebih banyak penjualan dari Toko TikTok daripada dua platform lainnya.

“Mungkin TikTok Shop lebih cocok untuk demografi kita. Mungkin karena[TikTok Shop]lebih banyak promo seperti diskon dan free delivery. Saya tidak tahu pasti,” ujarnya.

Beberapa mal berjuang untuk pulih

Miranti Amelia, yang memiliki toko pakaian di sebuah mal di Jakarta Barat, mengatakan meski tokonya masih menerima pelanggan sebenarnya dari waktu ke waktu, namun jumlahnya semakin berkurang.

“Mereka biasanya melihat kami di media sosial tetapi bersikeras mereka datang ke toko untuk mencoba sendiri pakaian kami. Mereka membeli satu atau dua pakaian dan begitu mereka mempercayai produk kami, pembelian berikutnya akan dilakukan secara online.

“Saya bahkan memiliki satu pelanggan yang datang ke toko, mencoba produk kami, dan membeli barang yang sama dari toko online kami saat itu masih di toko fisik saya. Ketika saya bertanya mengapa, dia berkata, ‘Ada begitu banyak promosi online.’ ‘”

Dengan penjualan offline yang semakin menipis, kata Amelia, toko fisiknya kini lebih seperti hiasan jendela toko online miliknya dan backdrop untuk siaran langsung hariannya.

“Saya berencana untuk memindahkan semuanya ke toko dua lantai. Sulit menjalankan toko online dari dalam mal. Tidak ada cukup ruang bagi pekerja saya untuk mengemas kiriman kami. Kurir kami harus naik turun tangga dan lift ,” dia berkata.

Tetapi berada jauh dari pusat perbelanjaan bukan untuk semua orang.

READ  Apa itu Web3 dan mengapa Elon Musk dan Jack Dorsey menentangnya

Pemilik toko Josh Solesteo mengatakan, meski penjualan toko online miliknya mulai mengejar transaksi offline, ia akan tetap beroperasi dari kompleks pertokoan Tanah Abang yang terkenal menjadi magnet bagi para grosir dari seluruh Indonesia.

“Kami membutuhkan toko ini untuk menunjukkan (grosir) bahwa kami bersungguh-sungguh, dan memberi mereka kepercayaan ekstra bahwa kami memiliki persediaan yang cukup dan dapat mengirimkan tidak peduli seberapa besar pesanan mereka,” katanya.

About The Author

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *