Polri ambil alih penyidikan penembakan polisi terhadap anggota FPI – Nasional

Mabes Polri mengusut kasus penembakan maut enam anggota Front Pembela Islam (FPI) dalam perselisihan antara kelompok itu dengan aparat Polda Metro Jaya.

Juru bicara Polda Metro Jaya Kombes. Yusri Yunus mengatakan, kasus tersebut telah diambil alih karena kejadian tersebut terjadi jauh di luar wilayah kewenangan kantornya – di ruas tol Jakarta-Cikampek di Karawang, Jawa Barat.

“Saya ingin mengatakan bahwa kasus ini telah diambil alih oleh Polri karena Lokasi kejadian berada di Karawang yang menjadi kewenangan Polda Jabar, ” kata Yusri, Rabu, seperti dikutip dari Antara. kompas.com.

Alhasil, kata dia, Polri akan memberikan informasi lebih lanjut terkait kasus tersebut.

Juru bicara Kepolisian Nasional Insp. Jenderal Argo Yuwono mengatakan pada hari Selasa bahwa Divisi Urusan Dalam Negeri (Propam) kepolisian telah membentuk tim khusus untuk menilai apakah polisi telah mengikuti protokol yang tepat ketika berhadapan dengan pengawal pemimpin kontroversial FPI, Rizieq Shihab, pada dini hari. Senin pagi.

Kepala propam Insp. Jenderal Ferdy Sambo mengatakan evaluasi internal adalah normal dalam keadaan tersebut dan tidak selalu menunjukkan pelanggaran prosedur polisi.

“Bukan karena ada indikasi pelanggaran,” kata Ferdy. Tugas kami adalah melihat apakah penggunaan kekuatan sesuai dengan protokol yang tersedia. ”

Baca juga: Pemeriksaan dimulai setelah enam anggota FPI dibunuh polisi

Ia menambahkan, tim yang beranggotakan 30 orang itu akan menggunakan Keputusan Kapolri (Perkap) Nomor 1/2009 tentang penggunaan kekuatan oleh polisi, yang mengatur bahwa petugas hanya dapat menembak tersangka jika terbukti membahayakan orang lain, dan SK No. 8/2009 tentang pelaksanaan tugas prinsip-prinsip hak asasi manusia untuk menilai apakah pembunuhan enam anggota FPI dapat dibenarkan.

Ferdy berharap tim khusus bisa bekerja cepat, transparan dan akuntabel sesuai amanat Kapolri Jenderal Idham Azis.

READ  Indonesia ingin memikat SpaceX untuk membangun situs peluncuran roket

Lima dari enam anggota FPI yang tewas dimakamkan di Megamendung, Bogor, Rabu pagi usai menjalani pemeriksaan forensik di RS Polri Kramat Jati, Jakarta Timur.

Perwakilan hukum FPI Aziz Yanuar mengatakan kerabat dari orang-orang yang dibunuh oleh polisi telah melihat banyak luka di tubuh mereka sebelum penguburan.

“Ada banyak [gunshot wounds], ”Kata Aziz, menambahkan bahwa salah satu jenazah akan dimakamkan di lokasi terpisah atas permintaan keluarga.

FPI mendampingi tim pencari fakta yang dibentuk Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM).

Polisi dan FPI telah mengeluarkan laporan berbeda tentang dugaan bentrokan yang terjadi di kilometer 50 tol Jakarta-Cikampek, yang mendorong seruan untuk penyelidikan menyeluruh dan tidak memihak atas apa yang sebenarnya terjadi.

Kapolda Jakarta Insp. Jenderal Fadil Imran mengatakan polisi menembak orang-orang tersebut setelah anggota FPI menghalangi kegiatan polisi. Dia mengklaim mereka dilengkapi dengan senjata api dan senjata tajam serta telah mengganggu mobil polisi yang membuntuti mereka sebagai tanggapan atas informasi bahwa ada rencana untuk mengganggu pemeriksaan polisi terhadap Rizieq.

Polda Metro Jaya telah memanggil ulama besar itu untuk diinterogasi pada hari Senin terkait dugaan pelanggaran protokol kesehatan COVID-19 pada pertemuan massal organisasinya bulan lalu.

Namun FPI mengatakan anggotanya tidak pernah membawa senjata dan bahwa mobil yang membawa anggota FPI ditembak oleh penyerang tak dikenal yang kemudian menculik para penumpangnya.

Baca juga: Para pengamat menyerukan penyelidikan independen atas pembunuhan enam anggota FPI yang diduga bentrok dengan polisi

Menanggapi kejadian tersebut, Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyampaikan belasungkawa atas tewasnya keenam anggota FPI tersebut dan mendesak penyelesaian kasus tersebut secara damai.

“MUI meminta pihak berwenang transparan dan memberikan informasi terkait insiden tersebut,” kata Ketua MUI Miftachul Akhyar dan Sekretaris Jenderal Amirsyah Tambunan dalam sebuah pernyataan.

READ  Sekitar 930 staf gabungan memastikan program gelembung Indonesia Badminton Festival

Aktivis dan kelompok masyarakat sipil telah mengkritik polisi atas apa yang oleh beberapa orang disebut pembunuhan di luar hukum. Mereka menuntut penyelidikan transparan atas insiden tersebut.

Komnas HAM mengumumkan pada hari Selasa bahwa mereka telah memulai penyelidikan atas pertemuan mematikan tersebut.

About The Author

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *